Paradigma mengenai rambut gondrong begitu beragam. Seringnya rambut gondrong lekat dengan bukti diri susah diatur, bebal, rebels dan seterusnya. Identitas tersebut dan rambut gondrong seakan sudah menjadi sobat karib.
Apakah rambut gondrong sebatas hanya gaya-gayaan semata atau ludang keringh dari itu?
Sudah ada beberapa literasi yang menuliskan rambut gondrong akrab dengan usaha para cowok Indonesia dulu. Selain peci dan berpakaian necis ala insan cendikiawan, rambut gondrong juga menjadi sebuah symbol para pencetus pergerakan dalam masa-masa perjuangan. Pada masa itu, rambut gondrong lekat dengan skor revolusioner dan perjuangan.
Ada banyak orang yang berasumsi, mereka yang memelihara rambut gondrong sebagai tipikal insan yang tak mau diatur, bebal, dan sering sekali disebut tidak mengenal sopan santun. Tidak mengherankan, dalam film-film kebanyakan para penjahat digambarkan dengan rambut gondrong, menggunakan kacamata hitam, dan bertatto.
Apakah rambut gondrong sebatas hanya gaya-gayaan semata atau ludang keringh dari itu?
Sudah ada beberapa literasi yang menuliskan rambut gondrong akrab dengan usaha para cowok Indonesia dulu. Selain peci dan berpakaian necis ala insan cendikiawan, rambut gondrong juga menjadi sebuah symbol para pencetus pergerakan dalam masa-masa perjuangan. Pada masa itu, rambut gondrong lekat dengan skor revolusioner dan perjuangan.
Ada banyak orang yang berasumsi, mereka yang memelihara rambut gondrong sebagai tipikal insan yang tak mau diatur, bebal, dan sering sekali disebut tidak mengenal sopan santun. Tidak mengherankan, dalam film-film kebanyakan para penjahat digambarkan dengan rambut gondrong, menggunakan kacamata hitam, dan bertatto.
Sebagaimana zaman yang terus berganti, rambut gondrong pun mengalami pergeseran bukti diri kadab masa usaha telah usai. Rambut godrong diskor sebagai gaya hidup ala kebaratan. Bahkan Soekarno pernah memdiberi cap para cowok rambut gondrong sebagai “kontra-revolusioner” dan kebarat-baratan.
Memasuki era orde baru, rambut gondrong semakin gencar dilabeli sebagai gaya yang bertentangan dengan kepribadian bangsa. Pada masa ini pula, muncul gerakan Anti Gondrong dan dikampanyekan dalam setiap lini kehiduan.
Alhasil, pada masa itu akan terlihat pemandangan anggota militer membawa gunting cukur untuk melaksanakan razia rambut gondrong di masyarakat. Semua kena akibat. Baik itu anak sekolah, mahasiswa bahkan senimanpun kena getahnya. Para seniman menyerupai WS Rendra, Taufiq Ismail dan Achmad Akbar cukup dibentuk kesal dengan hukum ini.
Puncaknya, TVRI melaksanakan agresi tidak akan menampilkan siaran seniman yang berambut gondrong. Setiap instansi pemerintahpun seragam memasang hukum “tidak melayani rambut gondrong”. Maka jangan heran kalo orang bau tanah millenilas niscaya sering banget nyuruh anaknya cukur rambut.
Kalau kau pengin sekolah dan berambut gondrong, mungkin Sekolah Menengan Atas Kolese de Britto Yogyakarta yakni daerah yang cocok buat kamu. Kolese De Britto (De Britto College atau yang ludang keringh dikenal dengan kependekan JB [jébé] yang berasal dari nama Johanes de Britto.), yakni Sekolah Menengah Atas Nasrani yang diasuh oleh Serikat Jesuit yang terletak di wilayah provinsi Daerah spesial Yogyakarta, Indonesia. Dibangun di atas tanah seluas 32.450 m2. Sekolah Menengan Atas ini termasuk salah satu Sekolah Menengan Atas kesukaan di Yogyakarta dan dikenal alasannya yakni prestasi di bidang aksejukis dan intelektual, olahraga, dan bidang non-aksejukis lainnya. Nama 'de Britto' sendiri didapat dari nama seorang Santo dan misionaris Portugal pada masa ke-17 yang berkarya di India, Johanes de Britto.
Memasuki era orde baru, rambut gondrong semakin gencar dilabeli sebagai gaya yang bertentangan dengan kepribadian bangsa. Pada masa ini pula, muncul gerakan Anti Gondrong dan dikampanyekan dalam setiap lini kehiduan.
Alhasil, pada masa itu akan terlihat pemandangan anggota militer membawa gunting cukur untuk melaksanakan razia rambut gondrong di masyarakat. Semua kena akibat. Baik itu anak sekolah, mahasiswa bahkan senimanpun kena getahnya. Para seniman menyerupai WS Rendra, Taufiq Ismail dan Achmad Akbar cukup dibentuk kesal dengan hukum ini.
Puncaknya, TVRI melaksanakan agresi tidak akan menampilkan siaran seniman yang berambut gondrong. Setiap instansi pemerintahpun seragam memasang hukum “tidak melayani rambut gondrong”. Maka jangan heran kalo orang bau tanah millenilas niscaya sering banget nyuruh anaknya cukur rambut.
Kalau kau pengin sekolah dan berambut gondrong, mungkin Sekolah Menengan Atas Kolese de Britto Yogyakarta yakni daerah yang cocok buat kamu. Kolese De Britto (De Britto College atau yang ludang keringh dikenal dengan kependekan JB [jébé] yang berasal dari nama Johanes de Britto.), yakni Sekolah Menengah Atas Nasrani yang diasuh oleh Serikat Jesuit yang terletak di wilayah provinsi Daerah spesial Yogyakarta, Indonesia. Dibangun di atas tanah seluas 32.450 m2. Sekolah Menengan Atas ini termasuk salah satu Sekolah Menengan Atas kesukaan di Yogyakarta dan dikenal alasannya yakni prestasi di bidang aksejukis dan intelektual, olahraga, dan bidang non-aksejukis lainnya. Nama 'de Britto' sendiri didapat dari nama seorang Santo dan misionaris Portugal pada masa ke-17 yang berkarya di India, Johanes de Britto.
Sumber: QUORA dan berdirikarionline.com
Advertisement