Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan tiba masanya kita berpisah dengan dunia memberikankut isinya. Perpisahan itu terjadi dikala final hidup menjemput. Kematian ialah pintu dan setiap insan akan memasuki pintu itu, tanpa ada seorang pun yang sanggup menghindar darinya.
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap yang bernyawa niscaya akan mati. Kita juga akan mati alasannya ialah kita ini insan yang mempunyai nyawa. Kematian tiba tidak pernah pilih-pilih. Apabila final hidup datang, tidak ada satu kekuatan pun untuk mempercepat atau memperlambat. Adakalanya final hidup itu menjemput dikala masih bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan orang yang sudah renta renta. Kadang dia menjemputnya dikala insan sedang tidur, sedang terjaga, sedang sedih, sedang bahagia, sedang sendiri, atau sedang bersama-sama. Kematian tiba tak pernah ada yang tahu. Oleh lantaran itu, mengingat mati harus sering dilakukan biar insan menyadari bahwa dirinya tidaklah akan hidup kekal. Tentu saja di samping kita mengingat mati, kita juga harus mempersiapkan bekal untuk menghadapi hidup sehabis mati, yaitu segera bertobat dan memperbanyak amal saleh.
Salah satu cara untuk mengingat mati ialah sering-seringlah ber-ta’ziyyah (mendatangi keluarga yang mengenai petaka meninggal dunia), mengurus jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menyalati, hingga menguburnya. Sungguh, hanya orang-orang yang cerdaslah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Seorang putra dari sahabat yang mulia, Abdullah bin Umar r.a. mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah saw. tatkala tiba seorang lelaki dari kalangan An£ar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah saw., kemudian berkata, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?” Beliau mentpendapat, “yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” “Mukmin manakah yang paling cerdas?” tanya lelaki itu lagi. Beliau mentpendapat: “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan sehabis mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
sumber: Buku PAI kelas XI kurikulum 2013
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap yang bernyawa niscaya akan mati. Kita juga akan mati alasannya ialah kita ini insan yang mempunyai nyawa. Kematian tiba tidak pernah pilih-pilih. Apabila final hidup datang, tidak ada satu kekuatan pun untuk mempercepat atau memperlambat. Adakalanya final hidup itu menjemput dikala masih bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan orang yang sudah renta renta. Kadang dia menjemputnya dikala insan sedang tidur, sedang terjaga, sedang sedih, sedang bahagia, sedang sendiri, atau sedang bersama-sama. Kematian tiba tak pernah ada yang tahu. Oleh lantaran itu, mengingat mati harus sering dilakukan biar insan menyadari bahwa dirinya tidaklah akan hidup kekal. Tentu saja di samping kita mengingat mati, kita juga harus mempersiapkan bekal untuk menghadapi hidup sehabis mati, yaitu segera bertobat dan memperbanyak amal saleh.
Salah satu cara untuk mengingat mati ialah sering-seringlah ber-ta’ziyyah (mendatangi keluarga yang mengenai petaka meninggal dunia), mengurus jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menyalati, hingga menguburnya. Sungguh, hanya orang-orang yang cerdaslah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Seorang putra dari sahabat yang mulia, Abdullah bin Umar r.a. mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah saw. tatkala tiba seorang lelaki dari kalangan An£ar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah saw., kemudian berkata, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?” Beliau mentpendapat, “yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” “Mukmin manakah yang paling cerdas?” tanya lelaki itu lagi. Beliau mentpendapat: “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan sehabis mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
sumber: Buku PAI kelas XI kurikulum 2013
Advertisement